Latest Post

Metode Pembelajaran

1.metode Proyek
a. kelebihan
1)      dpt memperluas pemikiran siswa yg berguna dlm menghadapi mslh khdpn
2)      dpt membina siswa dgn kebiasaan menerapkan pengetahuan, sikap, dlm khdpn sehari*.
3)      Metode ini sesuai dgn prinsip* didaktik modern yg dlm pengajaran perlu diperhatikan
b.Kekurangan
1)      Kurikulum yg berlaku di ina saat ini baik scr vertikal maupun horizontal blm menunjang pelaksanaan metode ini.
2)      Pemilihan topik unit yg tepat sesuai dgn kebutuhan siswa ckp fasilitas dan sumber* bljr yg diperlukan bkn mrpk pekerjaan yg mudah.
3)      Bahan pljrn sering menjadi luar shg dpt mengaburkan pokok unit yg dibahas.

2.metode eksperimen (percobaan): cr penyajian pelajaran dmn siswa melakukan percobaan dgn mengalami dan membuktikan sendiri yg dipelajari.
a. Kelebihan
1)      Siswa lbh percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaanya
2)      Dlm membina siswa utk membuat trobosan baru dgn penemuan dr hsl percobaan dan bermanfaat bg khdpn.
3)      Hsl percobaan yg berharga dpt di manfaatkan
b.Kekurangan
1)      Mtd ini lbh sesuai dgn bdng sain dan teknologi
2)      Memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bhn yg tdk mdh diperoleh dan mahal
3)      Menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan
4)      Setiap percobaan tdk sll memberikan hasil yg diharapkan
3.metode tugas dan resitasi (penugasan): mtd penyajian guru memberikan tgs tertentu agar siswa melakukkan KBM.
a. Kelebihan
1)      Merangsang siswa utk melakukan aktivitas bljr individual maupun klmpk
2)      Mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru
3)      Membina tanggung jwb dan disiplin siswa
4)      Mengembangkan kreativitas siswa
b.Kekurangan
1)      Siswa sulit terkontrol apakah benar mengerjakan tgs sendr atau org lain
2)      Khuisus untk tgs klmpk tdk jarang yg aktif untk mengerjakan
3)      Tdk mudah memberikan tgs yg sesuai dgn perbedaan individu
4)      Tgs yg monoton dpt menimbulkan kebosanan
4.metode diskusi :siswa dihadapkan kpd suatu mslh yg bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yg bersifat problem matis utk dibahas dan dipecahkan bersama.
a. Kebaikan
1)      Meragsang kreativitas anak dlm bentuk ide, gagasan, dan trobosan baru dlm pemecahan mslh
2)      Mengembangkan, sikap menghargai pendpt org lain
3)      Memperluas wawasan
4)      Membina utk terbiasa musyawarah mufakat
b.Kelemahan
1)      Pembicaraan kadang menyimpang shg memerlukan waktu yg panjang
2)      Tdk dpt dipakai pd klmpk besar
3)      Informasi yg  terbatas
4)      Mungkin dikuasai oleh org yg suka bicara
5.metode sosiodrama :mendramatisasian tingkah laku dlm hub nya dgn mslh sosial.
a. Kelebihan
1)      Melatih utk memahami, mengingat bahan yg didramakan dan menghayati isi cerita
2)      Siswa terlatih utk berinisiatif dan berkreatif
3)      Bakat siswa dpt dipupuk
4)      Kerja sama dpt ditumbuhkan dan dibina
5)      Memperoleh kebiasaan utk menerima dan membagi tanggung jwb
6)      Bhsa lisan siswa dpt dibina menjadi bhsa yg baik
b.Kekurangan
1)      Siswa yg tdk ikut mjd kurang kreatif
2)      Makan waktu banyak
3)      Memerlukan t4 yg luas
4)      Bisa mengganggu kls lain
6.metode demonstrasi :penyajian pljrn dgn meragakan atau mempertujukkan suatu proses situasi, atau benda yg sedang dipelajari baik sebenarnya atau tiruan dan disertai dgn penjelasan.
a. Kelebihan
1)      Pengajaran lbh jls dan konkret
2)      Mudah memahai apa yg dipelajari
3)      Proses pengajaran lbh menarik
4)      Siswa dirangsang utk aktif mengamati menyesuaikan antara teori dan kenyataan
b.Kekurangan
1)      Memerluka ketrampilan guru scr kusus
2)      Fasilitas tdk sll tersedia dgn baik
3)      Demontasi memrlukan kesiapan dan perencanaan yg matang, memerlukakn waktu yg ckp pajng
7.metode problem solving (pemecahan masalah)
a. kelebihan
1)      membuat pendidikan di sklh mjd lbh relefan
2)      dpt membiasakan siswa menghadapi dan memecahkan mslh scr trampil
3)      mengembangkan kemampuan berpikir siswa scr kreatif
b.kekurangan
1)      memerlukan kampuan dan ketrampila guru dlm menentukan mslh yg tigkat kesulitanya sesuai dgn tingkat berpikir siswa.
2)      Memerlukan waktu yg ckp banyak
3)      Memerlukan berbagai sumber bljr yg merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
8.metode karya wisata: cr mengajar yg dilaksanakan kesuatu t4 atau obyek tertentu diluar sklh utk mempelajari atau menyelidiki sesuatu.
a. Kelebihan
1)      Karya wisata memiliki pemanfaatan lingkungan nyata
2)      Pembelajaran lbh relefan dgn kenyataan
3)      Merangsang kreatifitas siswa
4)      Informasi sbg bahan pengajaran lebih luas dan aktual
b.Kekurangan
1)      Fasilitas dan biaya sulit utk disediakan
2)      Memerlukan persiapan dan perencanaan yg matang
3)      Memerlukkan koordinasi dgn guru serta bidang studi lain
4)      Unsur rekreasi menjadi lebih preoritas dr pd t7an utama studi
5)      Sulit mengatur siswa yg byk
9.metode Tanya jawab :penyajian dlm bentuk pertanyaan yg hrs dijwb
a. kelebihan
1)      pertanyaan dpt menarik dan perhatian siswa
2)      merangsang siswa uk melatih dan mengembangkan daya pikir
3)      mengembangkan keberaniaan dan ketrampilan siswa dlm menjawab dan mengemukakan pendpt
b.kekurangan
1)      siswa merasa takut apa bila tdk bisa menjawab pertanyaan
2)      tdk membuat pertanyaan yg sesuai dgn tingkat berpikir siswa
3)      waktu byk terbuang apa bila tdk biasa menjawab 2 atau 3 pertanyaan
4)      jmlh siswa yg byk waktunya tdk mencukupi utk semua siswa
10.  metode latihan :cr yg baik utk menanamkan kebiasan tertentu
a. kelebihan
1)                        utk memperoleh kecakapan motorik spt menulis, menghafalkan huruf, berhtng dll
2)                        utk memperoleh kecakapan mental
3)                        utk memperoleh kecakapan dlm bentuk asosiasi
4)                        pembentukan kebiasaan yg dilakukan dan menambah ketepan serta kecepatan pelaksanaan
5)                        pemanfatan kebiasan* yg tdk memerlukan konsentrasi dlm pelaksanaan
6)                        pembetukan kebiasan* membuat gerakan* yg komplek, rumit, mjd lebih otomatis
b.kekurangan
1)                        menghambat bakat dan inisiatif siswa
2)                        menimbulkan penyesuaian scr setatis pd lingkungan
3)                        kadang latihan yg dilakukan berulang* membosankan
4)                        membentuk kebiasaan yg kaku krn bersifat otomatis
5)                        dpt menimbulkan verbalisme
11.  metode ceramah :penyajian yg dilakukan guru dgn penuturan atau penjelasan lisan scr langsung terhadap siswa.
a. Kelebihan
1)                        Guru mudah menguasai klas
2)                        Mudah mengorganisasikan t4 duduk atau klas
3)                        Dpt diikuti  jml siswa yg byk
4)                        Mudak mempersiapkan dan melaksanakanya
5)                        Guru mudah menerang pelajaran dgn baik
b.Kekurangan
1)                        Mudah mjd verbalisme
2)                        Yg visual mjd rugi, yg ouditif (mendengar) lebih bisa menerimanya
3)                        Dpt mebosankan bila terlalu lama
4)                        Menyebabkan siswa mjd pasif
 

Pendidikan Buddhis Part 2

D. Makna dan Tujuan Pendidikan
Pendidikan adalah penerusan nilai, pengetahuan, kemampuan, si­kap dan tingkah laku; yang dalam arti luas pendidikan merupakan hidup itu sendiri (dan belajar itu seumur hidup), sebagai proses me­nyingkirkan kebodohan dan mendewasakan diri menuju kesempurna­an. Pendefinisian ini mendekati pandangan sosiologis, antropologis dan psikologis. Disiplin keilmuan lain mungkin saja memiliki rumus­an yang lebih khusus. Pendidikan merupakan usaha yang disengaja dan teren­cana untuk meno­long seseorang belajar dan bertanggung­jawab, mengembangkan diri atau mengubah perilaku, sehing­ga ber­manfaat bagi kepentingan individu dan masyara­kat. Dengan memiliki pengetahuan, seseorang memiliki bekal untuk bekerja, dan membantu atau melayani orang lain dengan baik.
Tujuan umum pendidikan tak berbeda dengan tujuan pembabaran agama sebagaimana yang di­amanatkan oleh Buddha kepada enam pu­luh orang Arahat. Mereka mengemban misi atas dasar kasih sayang,  demi kebaikan, membawa kesejahteraan, keselamatan dan kebaha­giaan bagi orang ba­nyak (Vin.I.21). Karena men­datang­kan kebaikan ini, memiliki pengeta­huan dan keterampilan merupakan berkah utama (Mangala-sutta).
Pendi­dikan agama Buddha berdasarkan kasih sa­yang, menjadi sa­lah satu cara untuk menyingkir­kan penderitaan dan memperbaiki na­sib sese­orang. “Di sini Yasa, tiada yang mencemaskan. Di sini Yasa, tiada yang me­nyakitkan. Ke sini Yasa, Aku akan mengajarmu,” ucap Buddha kepa­da Yasa (Vin. 1. 15). Buddha adalah guru yang se­ring diposisikan juga sebagai dokter, dan ajaran-Nya diiba­ratkan se­ba­gai obat yang dipergunakan dengan tepat (Pmj. 21).
Pendidikan agama jelas menolong untuk menghentikan segala ben­­tuk ke­jahatan. “Aku telah ber­henti. Engkau pun berhenti­lah,” seru Buddha kepada Angulimala (M. II. 99). ”Melihat kejahatan sebagai kejahatan, inilah ajaran Dharma yang pertama. Setelah me­lihat ke­jahatan sebagai kejahatan, jauhilah itu, singkirkan itu hingga bersih, bebaskan diri dari hal itu, inilah ajaran Dharma yang ke­dua.” (It. 33).
Ajaran Buddha atau Dharma dipan­dang sebagai pelita yang me­ne­rangi kegelapan. Buddha menga­jarkan:' Peganglah teguh Dharma se­ba­gai pelita, peganglah teguh Dharma sebagai pelindungmu, dan dengan itu berarti seseorang menjadi pelita dan pelindung bagi diri sen­diri, sehingga tidak me­nyandarkan nasibnya pada makhluk lain (D. II.100).  
D. Dasar Psikologis Pendidikan.
Teori Konvergensi mendekati pandangan Buddhis. Teori pendidikan terkait dengan perkembangan anak, dapat dibedakan atas: 1) Teori empirisme (John Locke), optimisme bahwa lingkungan dapat di­atur dan dikuasai oleh manusia untuk membentuk anak yang lahir bagaikan kertas putih yang bersih (tabula rasa). 2) Teori na­tivisme atau pesimisme (Scho­pen­hauer), berpendapat bahwa anak sudah ditentukan sejak lahir, berpembawaan baik dan buruk, sehingga lingkungan tak berdaya mem­pe­ngaruhi perkembangan anak. 3) Teori naturalisme atau negativisme (J.J. Rousseau) melihat semua manusia lahir dengan pemba­waan baik, tetapi menjadi buruk karena pendi­dikan yang diberikan oleh manusia sendiri, sehingga sebaiknya proses pendidikan diserahkan saja pada alam. 4) Teori konvergensi (William Stern) berpendapat bahwa pem­­bawaan maupun ling­kungan kedua-duanya mem­punyai pengaruh terhadap hasil perkembangan anak. Orang dilahir­kan de­ngan pembawaan baik dan buruk, serta dapat berubah karena penga­ruh lingkungan, dalam hal ini maksudnya pendidikan. Hasil pendi­dikan bergantung dari pembawaan dan lingkungan. Bud­dha le­bih jauh lagi menunjukkan bagai­mana perbuatan aktif masa sekarang dapat meniadakan akibat karma buruk masa lalu.
Manusia dilahirkan dengan harkat dan martabat yang sama. Bah­kan semua makhluk mempunyai potensi untuk mencapai kesempur­na­an dan menjadi Buddha. Buddha sendiri telah berprasetia untuk me­no­long seluruh umat manusia menjadi sama seperti Dia (Saddhar­ma­­­pundarika-sutra II). Masa­lahnya tinggal pada usaha dan per­juang­an masing-masing. Kesempatan bukan di­ten­tukan oleh kela­hiran atau keturunan, tetapi lebih tergantung pada per­buatan atau karma sese­orang dalam kehidupan sekarang. Karena itu manusia dapat meng­ubah na­sibnya. Dalam hal ini pendidikan merupakan perto­long­an yang datang dari lingkungan atau pihak lain.   
1. Keunikan Individu
Walau memiliki kesamaan dalam sifat-sifat umum, setiap manusia memiliki sifat-sifat khas yang berbeda. Tidak ada manusia yang per­sis sama di dunia, sekalipun anak kem­­­bar. Kesamaan harkat tidak meniadakan perbedaan individual setiap manusia yang memiliki kar­ma masing-masing. Karma memba­gi para makhluk menjadi berbeda. Dilihat dari kelahirannya, ada yang menjadi anak orang kaya, ada yang mis­kin; ada yang sehat, ada yang cacat atau sakit-sakitan; ada yang can­tik, ada yang buruk rupa; dan sebagainya (M. III. 202-203). Karena itu setiap orang bersifat unik, berbeda pemba­wa­an atau bakat. Dengan sen­dirinya pula berbeda ke­mam­puan, kecer­dasan, dan kecen­de­rungan atau minatnya.
Bakat diartikan sebagai kemampuan ba­waan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Kemam­puan merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Bakat dan kemampuan menentukan pres­­­tasi. Prestasi mencer­minkan bakat, tetapi belum tentu orang ber­bakat akan mencapai prestasi yang tinggi. Hal-hal lain yang ikut me­nentukan prestasi adalah motivasi dan minat, perjuangan dan keuletan (yang tak lain dari karma masa sekarang), dan faktor luar atau ling­­kungan. Faktor lingkungan bisa berupa ke­sem­patan, sarana dan pra­sa­rana, dukungan orang lain, tem­pat tinggal, status sosial ekonomi dan sebagainya.
2. Perkembangan Individu
Buddha membedakan tingkat perkembangan manusia dalam 4 go­longan (A. II.135). Yang pertama, jenius (ugghatitannu), diumpa­makan sebagai bunga teratai yang telah muncul di atas permukaan air dan pasti akan mekar. Yang kedua, intelektual (vipancitannu), seperti bunga teratai yang segera akan muncul di atas permukaan air. Yang ketiga, orang yang dapat dilatih (neyyo), bagaikan bunga teratai yang agak jauh di dalam air, sehingga perlu waktu yang cukup lama untuk muncul di atas permu­kaan air. Yang keempat, orang yang gagal di­la­tih (padaparamo), menyerupai bunga teratai yang tidak sempat mun­cul di atas permukaan air. Sistem pendidikan formal yang massal di­mungkinkan dengan memperhatikan penggolongan tingkat perkem­bangan peserta didik. Bilamana terdapat sejumlah peserta didik yang hampir bersamaan tingkat kemampuan, sama kebutuhan dan minat­nya, perlakuan yang sama bagi semua murid pun menjadi cukup ber­alasan.
Melihat keunikan dan tingkat perkembangan individual, seorang peserta didik mungkin saja menunjukkan kepandaian yang jauh me­lampaui teman-teman seusianya. Dengan demikian usia yang ter­lalu muda tidak boleh menjadi penghalang untuk menempuh dan menye­lesaikan suatu jenjang pendidikan yang lebih tinggi dari biasa­nya. Mereka yang berbakat dan berprestasi sepatutnya mendapat perla­kuan khusus untuk mewujudkan dirinya secara optimal. Pengakuan ter­hadap anak jenius berlaku pula dalam hal kearifan. Buddha menya­takan bahwa seseorang dituakan bukan karena usia, tetapi karena kebijaksanaannya (A. II. 22).  
Mereka yang le­mah dan tertinggal juga memerlukan perhatian khusus, sesuai dengan kebu­tuh­annya. “Barangsiapa tidak mendengar atau belajar, ia akan menjadi tua seperti sapi. Perutnya makin mem­buncit, tetapi kepandaiannya tidak berkembang. Sebaliknya barang­siapa telah banyak mendengar dan belajar, lalu memandang rendah dia yang tertinggal dalam pendidikan, bagaikan orang  buta yang me­me­gang lampu, begitu aku menilai orang seperti itu,” demikian di­katakan oleh Ananda (Thag. 1025-1026).
3. Individualitas Bukan Individualisme
Setiap orang adalah pelindung bagi dirinya sendiri dan mempu­nyai arah tujuannya sendiri (Dhp. 380). Dapat juga dikatakan ia ada­lah mi­lik dirinya sendiri dan menjadi tuan atas dirinya sendiri. Ia ha­rus men­jadi dan mewujudkan dirinya sen­diri, serta dapat menolong di­ri­nya sendiri. Peserta didik bu­kan objek, bukan gudang kosong yang diisi tergantung pada gurunya. Peserta didik harus berusaha sen­diri dan mam­­­pu mandiri. Ia adalah subyek yang aktif dan bertang­gungjawab atas karma atau per­buatannya.
Menghargai individualitas tidak berarti menerima individualisme yang bersifat egoistis. Buddha menolak keakuan dan egoisme (S. III. 21). Manusia adalah makhluk sosial, yang ti­dak hidup sendiri. Bah­kan dirinya pun bukan miliknya sendiri (Dhp. 62). Setiap individu sa­ling ber­in­ter­aksi dan saling bergantungan. Se­luruh fenomena di alam semesta ini saling mempengaruhi. Ketika kita memikirkan sesosok manusia, seperti juga setangkai bunga, sebutir debu, pikiran kita tidak dapat dipisahkan dari konsep yang satu dan yang banyak sebagai suatu kesatuan. Dan yang satu dengan yang lain saling bergantung karena adanya perbedaan.

 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Dassania Suyatno - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger